Tidak
ada yang menyangka, kolong jembatan bisa dirubah menjadi kafe yang
menarik dan unik. Kolong jembatan yang biasanya jadi tempat perlindungan
gelandangan seperti dalam lagu Bang Haji Roma Irama, kini menjadi
tempat nongkrong asyik para muda-mudi di Jember hingga dari kota lain.
Gagasan Johanes Kris Astono memang patut diacungin jempol. Pria yang
aktif di organisasi pecinta alam Fakultas Ekonomi Universitas Jember
ini, memulai bisnis kafenya di bawah jembatan Jalan Mastrip, Jember,
Jawa Timur.
Sebelumnya kolong jembatan itu sering dijadikan tempat pembungan sampah, judi, mabuk, dan lainnya. Aktivitas negatif tersebut mendorong Johanes untuk merubah keadaaan menjadi aktivitas positif. Dibukalah kafenya dengan desain yang sangat elegan, penataan yang artistik, kursi dan meja kafe dari anyaman bambu, dan lampu-lampu bersinar keemasan yang menyoroti tiap sudut ruangan. Suasana semakin riuh manakala musik dimainkan dari band-band lokal, tak sedikit pengunjung kafe turut menyanyi. Wah, sungguh gagasan mahasiswa Program Diploma ini sangat brilian.
Awalnya Johanes Kris menamai kafenya, Kolong Cafe Huis, berbau nama Belanda memang, namun karena dipandang susah dihafalkan, maka ia memutuskan untuk menamai "Kafe Kolong" saja. Niat pertamanya membuka kafe sebenarnya di tepi Sungai Bedadung, tetapi karena risiko dan ongkosnya dirasa mahal, maka diputuskan di kolong jembatan. Dia melobi para pemulung yang menaruh barang-barang di sekitar lokasi dan mengutarakan niatnya membangun usaha di situ, pemulung-pemulung setuju dan bersedia memindahkan barang-barangnya. Lantas, Johanes meminta izin Ketua RT dan RW setempat, mereka mengizinkan asalkan kafe dibuat terang-benderang. Warga pun menyambut baik niat Johanes. Kemudian tepat tanggal 27 April 2013, Johanes menggelar tasyakuran bersama warga setempat sekaligus meresmikan kafenya.
Sebelumnya kolong jembatan itu sering dijadikan tempat pembungan sampah, judi, mabuk, dan lainnya. Aktivitas negatif tersebut mendorong Johanes untuk merubah keadaaan menjadi aktivitas positif. Dibukalah kafenya dengan desain yang sangat elegan, penataan yang artistik, kursi dan meja kafe dari anyaman bambu, dan lampu-lampu bersinar keemasan yang menyoroti tiap sudut ruangan. Suasana semakin riuh manakala musik dimainkan dari band-band lokal, tak sedikit pengunjung kafe turut menyanyi. Wah, sungguh gagasan mahasiswa Program Diploma ini sangat brilian.
Awalnya Johanes Kris menamai kafenya, Kolong Cafe Huis, berbau nama Belanda memang, namun karena dipandang susah dihafalkan, maka ia memutuskan untuk menamai "Kafe Kolong" saja. Niat pertamanya membuka kafe sebenarnya di tepi Sungai Bedadung, tetapi karena risiko dan ongkosnya dirasa mahal, maka diputuskan di kolong jembatan. Dia melobi para pemulung yang menaruh barang-barang di sekitar lokasi dan mengutarakan niatnya membangun usaha di situ, pemulung-pemulung setuju dan bersedia memindahkan barang-barangnya. Lantas, Johanes meminta izin Ketua RT dan RW setempat, mereka mengizinkan asalkan kafe dibuat terang-benderang. Warga pun menyambut baik niat Johanes. Kemudian tepat tanggal 27 April 2013, Johanes menggelar tasyakuran bersama warga setempat sekaligus meresmikan kafenya.
Foto (jembertourism.com) |
Kafe Kolong gagasan Johanes menyediakan menu makanan dan minuman
seperti kafe pada umumnya. Kafe Johanes menawarkan pula aneka racikan
kopi yang akan menambah nikmat pengunjung melewatkan malam di bawah
kolong jembatan. Pengunjung akan dibawa suasana khas, dimana suara
gemercik air sungai akan menyempurnakan suasana natural kafe.
Harga-harga menunya juga masih tergolong ekonomis. Kafe Kolong dibuka
dari jam empat sore hingga jam satu malam setiap harinya. Aturannya juga
ketat, pengunjung tidak boleh membawa minuman beralkohol.
Dari hobi arum jeram, lalu melihat peluang, dan timbul gagasan cerdas, akhirnya Kafe Kolong Johanes Kris yang berkongsi dengan Johanes Riyanto, rekannya di pecinta alam, jadi destinasi favorit nongkrong dan ngopi muda-mudi Jember. Selain itu, Kafe Kolong juga jadi tujuan pengunjung dari kota lain seperti Jogja, Malang, Surabaya dan lainnya. Mereka rata-rata memberikan nilai positif dan sanjungan atas gagasan Johanes. Bagaimana tidak? Johanes telah memberikan inspirasi pada kita semua bahwa sesuatu yang dipandang tidak mempunyai kemanfaatan, cenderung digunakan untuk kemaksiatan, ternyata mampu dirubah menjadi sesuatu yang bermanfaat, berguna, dan bernilai bisnis.
Dari hobi arum jeram, lalu melihat peluang, dan timbul gagasan cerdas, akhirnya Kafe Kolong Johanes Kris yang berkongsi dengan Johanes Riyanto, rekannya di pecinta alam, jadi destinasi favorit nongkrong dan ngopi muda-mudi Jember. Selain itu, Kafe Kolong juga jadi tujuan pengunjung dari kota lain seperti Jogja, Malang, Surabaya dan lainnya. Mereka rata-rata memberikan nilai positif dan sanjungan atas gagasan Johanes. Bagaimana tidak? Johanes telah memberikan inspirasi pada kita semua bahwa sesuatu yang dipandang tidak mempunyai kemanfaatan, cenderung digunakan untuk kemaksiatan, ternyata mampu dirubah menjadi sesuatu yang bermanfaat, berguna, dan bernilai bisnis.
Foto (travel.kompas.com) |
Jadi,
sobat travelers, gagasan betapa pun selalu membuktikan kemampuannya
untuk menciptakan segala hal yang tidak pernah terpikirkan oleh orang
lain. Gagasan Johanes mengajarkan pada kita semua untuk terus
mengembangkan gagasan yang berguna untuk masyarakat. Semoga gagasan
Johanes menginspirasi kita semua untuk berbuat yang positif dan optimis
dalam merintis bisnis.
Sumber:
[1]http://travel.kompas.com/read/2015/03/05/194100727/Ide.Cemerlang.Johanes.Mengubah.Kolong.Jembatan.Jadi.Kafe
[2] http://jembertourism.com/kafe-kolong.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar