Jumat, 02 Maret 2018

Jenis dan Klasifikasi Jagung di Indonesia

Bagi para pecinta green life tentang pertanian, nampaknya ada info bagus nih. Karena postingan kali ini akan membahas tentang si mungil bergerigi manis alias jagung. Bagi para pecinta pertanian jagung dan budidayanya, postingan berikut insyaallah memberi manfaat.
Ok deh, gak usah banyak basa basi ya? :D
Cekidot ke TKP...

Berdasarkan tujuan penggunaan atau pemanfaatannya, komoditas jagung di Indonesia dibedakan atas jagung untuk bahan pangan, jagung untuk bahan industri pakan, jagung untuk bahan industri olahan, dan jagung untuk bahan tanaman atau disebut benih. Masing-masing jenis bahan tersebut memiliki nilai ekonomi yang berarti.
Jagung sebagai bahan pangan, dapat dikonsumsi langsung maupun perlu pengolahan seperti jagung rebus, bakar, maupun dimasak menjadi nasi. Sebagai bahan pakan ternak, biji pipilan kering digunakan untuk pakan ternak bukan ruminan seperti ayam, itik, puyuh, dan babi, sedangkan seluruh bagian tanaman (brangkasan) jagung atau limbah jagung, baik yang berupa tanaman jagung muda maupun jeraminya dimanfaatkan untuk pakan ternak ruminansia. Selain itu, jagung juga berpotensi sebagai bahan baku industri makanan, kimia farmasi dan industri lainnya yang mempunyai nilai tinggi, seperti tepung jagung, gritz jagung, minyak jagung, dextrin, gula, etanol, asam organik, dan bahan kimia lain. Disamping itu, bahan tanaman jagung yang umum disebut benih, merupakan bagian terpenting dalam suatu proses produksi jagung itu sendiri.
Plasma nutfah tanaman jagung yang tumbuh di dunia mempunyai banyak jenis. Para ahli botani dan pertanian mengklasifikasikan tanaman jagung berdasarkan sifat endosperma (kernel) sebagai berikut.
Biji Jagung Berdasarkan Sifat Endosperma
Berdasarkan penampilan dan tekstur biji (kernel), jagung diklasifikasikan ke dalam 7 tipe yaitu
1.    Jagung mutiara (flint corn) – Zea mays indurata
Biji jagung tipe mutiara berbentuk bulat, licin, mengkilap dan keras karena bagian pati yang keras terdapat di bagian atas dari biji. Pada waktu masak, bagian atas dari biji mengkerut bersama-sama, sehingga menyebabkan permukaan biji bagian atas licin dan bulat. Pada umumnya varietas lokal di Indonesia tergolong ke dalam tipe biji mutiara. Sekitar 75% dari areal pertanaman jagung di Pulau Jawa bertipe biji mutiara. Tipe biji ini disukai oleh petani karena tahan hama gudang.
2.    Jagung gigi kuda (dent corn) – Zea mays identata
Bagian pati keras pada tipe biji dent berada di bagian sisi biji, sedangkan pati lunaknya di tengah sampai ke ujung biji. Pada waktu biji mengering, pati lunak kehilangan air lebih cepat dan lebih mengkerut dari pada pati keras, sehingga terjadi lekukan (dent) pada bagian atas biji. Tipe biji dent ini bentuknya besar, pipih dan berlekuk. Jagung hibrida tipe dent adalah tipe jagung yang populer di Amerika dan Eropa. Di Indonesia, terutama di Jawa, kira-kira 25% dari jagung yang ditanam bertipe biji semi dent (setengah gigi kuda).
3.    Jagung manis (sweet corn) – Zea mays saccharata
Bentuk biji jagung manis pada waktu masak keriput dan transparan. Biji jagung manis yang belum masak mengandung kadar gula lebih tinggi dari pada pati. Sifat ini ditentukan oleh satu gen sugary (su) yang resesif. Jagung manis umumnya ditanam untuk dipanen muda pada saat masak susu (milking stage).
4.    Jagung berondong (pop corn) – Zea mays everta
Pada tipe jagung pop, proporsi pati lunak dibandingkan dengan pati keras jauh lebih kecil dari pada jagung tipe flint. Biji jagung akan meletus kalau dipanaskan karena mengembangnya uap air dalam biji. Volume pengembangannya bervariasi (tergantung pada varietasnya), dapat mencapai 15-30 kali dari besar semula. Hasil biji jagung tipe pop pada umumnya lebih rendah daripada jagung flint atau dent.
5.    Jagung tepung (floury corn) -Zea mays amylacea
Zat pati yang terdapat dalam endosperma jagung tepung semuanya pati lunak, kecuali di bagian sisi biji yang tipis adalah pati keras. Pada umumnya tipe jagung floury ini berumur dalam (panjang) dan khususnya ditanam di dataran tinggi Amerika Selatan (Peru dan Bolivia).
6.    Jagung ketan (waxy corn) – Zea mays ceratina
Endosperma pada tipe jagung waxy seluruhnya terdiri dari amylopectine, sedangkan jagung biasa mengandung ± 70% amylopectine dan 30% amylose. Jagung waxy digunakan sebagai bahan perekat, selain sebagai bahan makanan.
7.    Jagung pod (pod corn) – Zea mays tunicata
Setiap biji jagung pod terbungkus dalam kelobot, dan seluruh tongkolnya juga terbungkus dalam kelobot. Endosperma bijinya mungkin flint, dent, pop, sweet atau waxy.

Dari ketujuh jagung tersebut, jagung mutiara (flint corn) dan semi gigi kuda (dent corn), serta jagung manis (sweet corn) yang banyak dibudidayakan di Indonesia.

Klasifikasi Jagung Berdasarkan Umur Tanaman
Kelompok varietas tanaman jagung berdasarkan umur tanamannya terbagai menjadi tiga seperti dijelaskan dibawah ini :
1.      Varietas Berumur Pendek (Genjah) : umur panennya berkisar antara 70 – 80 hari setelah tanam (HST). Contoh : varietas Medok, Madura, Kodok, Putih Nusa, Impa Kina, dan Abimayu.
2.        Varietas Berumur Sedang (Medium) : umur panennya berkisar antara 80 – 100 HST. Contoh : varietas Panjalinan, Bromo, Arjuna, Sadewa, Parikesit, Hibrida C-1 dan CPI-1.
3.      Varietas Berumur Panjang (Dalam) : umur panennya berkisar antara 80 – 110 HST. Contoh : varietas Harapan, Metro, Pandu, Bima dan Composit-2.

Klasifikasi Jagung Berdasarkan Tempat Penanaman
Tanaman jagung dapat tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi. Berdasarkan ketinggian tempat penanaman, jagung dibedakan menjadi dua kelompok varietas sebagai berikut :
1.      Varietas jagung dataran rendah : dapat tumbuh dan berproduksi baik di daerah yang mempunyai ketinggian kurang dari 1.000 m dpl. Contoh : varietas Harapan, Arjuna, Sadewa, Parikesit, Bromo, Abimayu, Kalingga dan Wiyasa.
2.      Varietas jagung dataran tinggi : dapat tumbuh dan berproduksi baik di daerah yang mempunyai ketinggian lebih dari 1.000 m dpl. Contoh : varietas Bima, Pandu, Kania Putih, dan Baster Kuning.

Klasifikasi Jagung Berdasarkan Ketahanan Terhadap Hama dan Penyakit
Setiap varietas jagung memiliki ketahanan yang berbeda dengan varietas lain terhadap serangan hama dan penyakit. Berdasarkan sifat ketahanan tersebut tanaman jagung dapat dibedakan menjadi empat jenis varietas :
1.      Varietas yang Tahan (Resisten) : varietas yang tahan (tetap tumbuh dan berproduksi dengan baik) apabila dalam keadaan hama dan penyakit berkembang dengan baik serta merupakan tanaman yang jagungnya terserang kurang dari 10%. Contoh : C-1, Pioneer-1, Pioneer-2, Sadewa, Semar-1 dan Semar-2.
2.      Varietas yang Toleran : varietas yang toleran terhadap hama dan penyakit ditandai dengan kemampuan varietas jagung yang hanya terserang 11%-25% pada saat hama dan penyakit berkembang dengan baik. Contoh : DMR 5, C1, C2, dan IPB-4.
3.      Varietas Setengah Toleran : tanaman yang ditandai dengan kemampuan terserang antara 26%-50% oleh hama dan penyakit pada saat organisme tersebut berkembang dengan baik. Cotohnya : semua varietas jagung unggul.
4.      Varietas Peka : tanaman yang ditandai dengan kemampuan terserang lebih dari 50% pada waktu organisme tersebut berkembang biak. Contohnya : varietas Metro.

Klasifikasi Jagung Berdasarkan Pembentukannya
Tanaman jagung adalah tanaman yang menyerbuk silang, artinya sebagian besar (± 95%) penyerbukannya berasal dari tanaman lain. Pada umumnya tanaman menyerbuk silang atau bersari bebas, susunan genetik antar satu tanaman dengan yang lain dalam suatu varietas akan berlainan. Oleh sebab itu sifat-sifat pada tanaman menyerbuk silang akan menunjukkan suatu varietas yang besar. Walaupun demikian, varietas tersebut masih menunjukkan sifat-sifat yang dapat diukur, seperti tinggi tanaman, bentuk tongkol, tipe biji, warna biji dan sebagianya. Varietas yang telah mengalami seleksi dan adaptasi pada suatu lingkungan akan menunjukkan suatu keseragaman fenotipe yang dapat dibedakan dengan varietas lain. Pada dasarnya varietas jagung digolongkan ke dalam dua golongan varietas berikut.
1.      Varietas bersari bebas (non hibrida atau Open Pollinated Variety / OPV)
2.      Varietas hibrida

Jagung Hibrida BISI - 2
SK Menteri No : 589/Kpts/TP.240/9/95.

Pertumbuhan tanaman tegak, seragam dan tahan roboh.
Tahan terhadap serangan penyakit bulai, karat daun dan bercak daun.
Dapat menghasilkan dua tongkol pertanaman yang sama besar.
Rendemen sangat tinggi yaitu 83%, karena memiliki ukuran janggel kecil, dengan tongkol besar dan silindris.
Tongkol tertutup rapat sehingga serangan busuk buah berkurang.
Populasi tanaman sekitar 62.000 per ha.
Kebutuhan benih sekitar 15 kg per ha.
Dapat dipanen umur 103 hari setelah tanam.
Potensi hasil 13 ton per ha pipil kering.



Jagung Hibrida BISI - 3
SK. Menteri No : 835/Kpts/TP.240/11/96.

Pertumbuhan tanaman kuat, kokoh dan tahan roboh dengan
bentuk daun tegak.
Warna daun hijau gelap.
Tahan terhadap serangan penyakit bulai, karat daun dan busuk batang.
Rendemen cukup tinggi karena ukuran janggelnya kecil.
Tongkol tertutup dengan sempurna.
Panjang tongkol antara 22—25 cm.
Panen dapat dilakukan sekitar 95 hari setelah tanam.
Potensi hasil sekitar 9,7 ton pipil kering per ha.
Kebutuhan benih sekitar 20 kg per ha.

Jagung Hibrida BISI - 5
SK. Menteri No : 711/Kpts/TP.240/8/98.

Pertumbuhan tanaman tegak, seragam dan tahan roboh.
Kemampuan beradaptasi cukup luas baik didataran rendah menengah maupun dataran tinggi.
Sangat tahan terhadap serangan penyakit bulai, karat daun dan bercak daun.
Rendemen sangat tinggi yaitu sekitar 83%, karena memiliki janggel kecil dan biji penuh.
Tongkol tertutup rapat dengan baik.
Sangat cocok dipanen muda untuk konsumsi jagung muda.
Siap dipanen pada umur sekitar 97 hari setelah tanam, dengan potensi hasil sekitar 11,7 ton pipil kering per ha.
Kebutuhan benih sekitar 20 kg perha.

Jagung Hibrida BISI - 7
SK. Menteri No : 713/Kpts/TP.240/8/98.

Pertumbuhan tanaman tegap, seragam dan tahan roboh.
Tahan terhadap serangan penyakit bulai, karat daun dan
bercak daun.
Warna daun hijau tua dengan posisi daun tegak.
Tongkol jagung tertutup dengan baik.
Kemampuan beradaptasi sangat luas baik pada dataran
rendah, menengah maupun dataran tinggi.
Potensi hasil sekitar 10,4 ton pipil kering perha.
Panen dapat dilakukan pada umur 98 hari setelah tanam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar